Friday, February 9, 2018

Mengambil Keputusan Sulit Dalam Hidupku

@putut_1010 @cacingperkasa



Pergi ke Ngawi di bulan Mei 2017 merupakan keputusan yang tidak mudah yang harus saya ambil. Tapi ternyata, saya belajar banyak mengenai diri sendiri dan mengenai betapa luar biasanya Alam Semesta bekerja.

Seringkali hidup menghadiahkan kita saat dimana kita harus membuat keputusan yang tidak mudah. Untuk mengambil sebuah langkah, banyak pertimbangan yang kita pikirkan : kemampuan diri sendiri, kondisi keuangan, keluarga dan orang sekitar, kesehatan dan usia, waktu, keuntungan yang mungkin diraih, dan banyak lainnya.

Kita mungkin menyangkal hal-hal tersebut bisa menghambat masa depan kita, tapi sebenarnya hambatan yang terutama ada dalam pikiran kita sendiri.

Keputusan untuk meninggalkan kota Tangerang dan pergi ke Ngawi dengan niat dan tujuan untuk stay bareng Nenek dan membuka usaha budidaya cacing juga berniat membuka usaha lain guna bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat Ngawi dan sekitarnya. "Sebagai generasi muda harus menciptakan peluang, dan juga harus mampu merubah budaya dari mencari kerja menjadi menciptakan lapangan kerja," yang memberikan saya beberapa pelajaran BESAR dan PENTING dalam hidup dan juga berkeinginan nantinya saya bisa mencukupi kebutuhan keluarga guna bisa berkumpul dan tinggal bareng dengan Ortu tercinta, Adik, Nenek dan keluarga tercinta di rumah Ngawi.

Bukan diri sendiri yang kurang kompeten, bukan uang yang kurang berlimpah, bukan kenalan yang kurang banyak, juga bukan usia yang terlalu muda atau waktu yang terlalu singkat. Itu semua hanyalah ilusi dalam pikiran kita. Mereka tidaklah nyata.

Mengambil langkah sulit dalam hidup membuat saya bertemu muka dengan diri sendiri dan inilah lima hal yang dapat saya bagikan kepada kita semua setiap kali kita dihadapkan pada kondisi serupa :

1. Tahu tujuanmu

Kalau kamu ingin pergi, kamu harus tau kemana kamu hendak pergi. Dengan adanya tujuan/motivasi/target yang jelas, bisa kita pastikan langkah yang kita ambil tidak akan melenceng. Sebelum membuat keputusan, tanyalah kepada diri sendiri : apa langkah ini membuat Saya semakin dekat dengan tujuan saya?

Tujuan saya pergi ke Ngawi bukan sekedar untuk stay bareng Nenek saja, melainkan saya ada niat dan tujuan membuka usaha budidaya cacing. Saya pergi supaya bisa mewujudkan impian saya untuk membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Ngawi dan sekitarnya, sehingga kemudian bisa menjadi saluran cinta dan cahaya bagi siapapun disekitar saya. Tujuan saya sangat pasti dan sangat jelas. "Mindset Is Doa"

2. Mulailah sebelum kami siap

Kamu tidak akan pernah merasa benar-benar siap. Jadi, mulailah saja. Dengan mengatakan "ya" pada sesuatu yang baru, seluruh dirimu mau tidak mau akan naik ke jenjang berikutnya dan akan siap juga pada akhirnya. Ketakutan hanya terasa nyata bagi mereka yang belum mengambil langkah.

Walaupun belum sepenuhnya siap, tentu saya harus memulai dengan persiapan. Namun, ketika saya mengatakan "ya" pada dunia, energi dalam diri saya telah berkobar. Saat itu jugalah, proses menifestasi telah bekerja.

3. Hidup dengan penuh keyakinan

Kerjakan SEGALA hal dengan keyakinan bahwa kita sedang memenuhi panggilan jiawa kita di dunia ini. Bersiap-siaplah selalu sehingga kita siap ketika hal yang lebih besar dihadihkan kepada kita.

Saya yakin 100% terhadap misi hidup saya dan terhadap para ilahi. Karena itulah, walaupun lewat kacamata manusia kondisi saya seakan terbatas, keyakinan membuat saya BERANI melampui batas diri sendiri dan di sinilah kemudian saya menemukan kekuatan saya yang sesungguhnya.

4. Biarkan keberlimpahan mengalir melaluimu

Ketika kamu tahu siapa dirimu yang sejati, kamu tahu bahwa segala hal menjadi memungkinkan. Kita adalah bagian dari Tuhan dan Alam Semesta yang luas dan luar biasa.

Saya berkata kepada diri sendiri untuk tidak membiarkan ego (pikiran sadar) saya menghalangi keberlimpahan yang bisa terjadi. Saat saya berhasil memeluk rasa takut dan menyadari keilahian dalam diri sendiri, saat itu jugalah segala pintu kemudahan terbuka.

5. Lakukan yang terbaik, lalu berserah apapun hasilnya

Kepahitan dialami ketika kita melekat pada hasil, ketika kita merasa sudah sepantasnya kita mendapatkan imbalan/kesuksesan dari hasil kerja keras kita. Namun, apabila kita berserah, kita menjadi bebas.

Saya memiliki segalanya, dan di saat bersamaan, saya menyadari bahwa tidak ada yang benar-benar menjadi milik saya. Bukan saya yang penting, tapi karyanya yang penting. Dengan demikian, saya bekerja dengan seluruh kemampuan yang saya miliki, tapi kemudian saya persembahkan segala usaha dan hasilnya kepada Semesta.





No comments:

Post a Comment